Sementara di dalam negeri, sampai pekan lalu, tercatat sudah 704.156 penonton yang menyaksikan karya sutradara Gareth Evans tersebut.
Fenomena ini tidak lepas dari peran Iko Uwais yang menjadi bintang utama film itu. Iko kini praktis menjadi bintang laga teratas yang dikenal di tingkat dunia. Cowok Betawi ini secara sadar memilih menjadi aktor laga karena kecintaannya pada seni bela diri pencak silat. Dia mempelajarinya sejak berusia 10 tahun.
Keseriusan Iko belajar di perguruan silat Tiga Berantai milik pamannya membuat suami penyanyi Audy Item tersebut merasakan ikatan jiwanya yang amat kuat dengan ilmu silat. Semakin mempelajari dan mengenalkan silat ke berbagai negara, Iko semakin merasakan bahwa Indonesia punya seni bela diri yang kaya karakter. Namun, bakat Iko sebagai petarung belum diketahui banyak orang. Sembari terus belajar silat dan menjadi atlet silat nasional, ia tetap menjalani pekerjaan sehari-harinya sebagai sopir truk di sebuah perusahaan.
Pertemuannya dengan sutradara Gareth Evans pada tahun 2007 (ketika itu ia membuat film dokumentasi di perguruan silat Tiga Berantai) telah mengubah kehidupan Iko. Gareth yang melihat potensi Iko, mengajaknya bermain film berjudul Merantau pada tahun 2009. Lewat film yang pernah diputar di Fantastic Film Festival di Puchon, Korea Selatan, dan Fantastic Fest di Austin, Texas (AS), nama Iko mulai dikenal di dunia internasional.
Selain bermain film, Iko juga mendapat banyak tawaran menjadi bintang iklan untuk beberapa produk. Di luar kesibukannya menjadi aktor, ayah Atreya Syahla Putri Uwais ini menjadi pencari bakat dan koreografer untuk seni bela diri di PT Merantau Films.
Hollywood pun mulai melibatkan pendekar itu. Iko Uwais antara lain terlibat dalam penggarapan film Man of Tai Chi yang dibintanginya bersama aktor beken Keanu Reeves.
Melihat semakin banyak film tentang percintaan, apakah Iko Uwais berencana untuk tampil dalam layar perfilman Indonesia dengan tema percintaan?
(Ryan Aulia Arsyad, Bandung)
Ha-ha-ha.. Apa pun genre-nya tidak menutup kemungkinan buat saya main dalam film di luar action.
Terpikirkah Bang Iko untuk bermain film romantis atau komedi? Lalu adakah impian peran yang Bang Iko sangat ingin mainkan?
(Indri Hapsari Tiaryani, Yogyakarta)
Tidak sama sekali.. Tetapi saya ingin sekali berperan sebagai tokoh yang sedikit menantang, sedikit gila, tapi dingin.
Iko, siapa orang yang penting dalam kesuksesan dirimu selain orangtua?
(Nurul Fatimah, Cibodas, Kota Tangerang, Banten)
Allah yang memberikan segala jalan dan rezeki kepada saya. Selain itu, orang yang paling berjasa dalam perjalanan karier saya, antara lain guru besar saya, almarhum Haji Ahmad Bunawar. Dia yang menjadikan saya seperti ini dan Gareth Evans (sutradara film The Raid 1 dan The Raid 2 yang menemukan bakat Iko).
Apakah menurut Mas Iko ada hubungan atau pertalian antara kecintaan Mas Iko pada seni bela diri (silat) terhadap film-film yang telah atau sedang dibintangi Mas Iko saat ini?
(Ria Sitorus, mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Sumatera Utara)
Ya pasti ada, karena bela diri yang saya tunjukan di film-film yang saya bintangi tersebut budaya silat.
Apa yang menjadi inspirasi dan dorongan Mas Iko untuk terjun ke dunia akting di film laga, karena menjadi aktor film laga tidak hanya butuh kemampuan bela diri saja?
(Khairul Amin, mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah, Malang)
Karena Indonesia sudah kangen dengan adanya figur bela diri dari milik khas kita sendiri. Kita punya seni bela diri (martial art) sendiri yang begitu kaya dengan karakternya, yakni pencak silat.
Setelah film The Raid 1 ditayangkan di beberapa negara, adakah orang luar negeri yang secara pribadi mendatangi Anda, karena penasaran ingin belajar pencak silat langsung dari Anda?
(Lenny Luthfiyah, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel, Surabaya)
Ya ada, beberapa orang.
Mengingat karier Anda yang sukses sebagai atlet dan aktor film laga, apakah anak Anda nanti diharapkan mengikuti jejak Anda sebagai atlet maupun aktor film laga?
(Rachmad Hadjarati, Malang- Jawa Timur)
Saya tidak harus menuntut anak-anak saya untuk mengikuti jejak hidup ke bidang saya atau ibunya. Terserah saja ke mana dia mau berkarier. Yang penting positif. Kami pasti mendukungnya.
Apakah keinginan terbesar Anda selanjutnya, setelah karier yang sudah Anda capai saat ini begitu luar biasa?
(Munandar, Cikarang, Bekasi-Jawa Barat)
Keinginan terbesar saya adalah terus berkarier dan membawa nama besar pencak silat.
Kebanggaan seperti apa yang Anda rasakan ketika film-film yang dibintangi sukses dan diputar di mancanegara?
(Endang Retnowati, SMP 2 Brangsong, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)
Semua keberhasilan film-film saya itu pastinya di luar ekspektasi. Saya sangat bangga berperan di dalamnya.
Ada enggak keinginan terjun ke dunia tarik suara, misalnya berduet bareng Audy? Kan istri Anda dan keluarganya terlahir dari keluarga pemusik.
(Aulia Rasyid, Jakarta)
Tidak, saya tidak mau memaksakan keadaan untuk menjadi seperti itu. Kami masing-masing sudah memiliki profesi sendiri. Istri saya menjadi penyanyi, saya sebagai fighter.
Kita tahu salah satu cara merebut pasar film adalah melalui aktor filmnya. Menurut Anda, apakah aktor-aktor laga dalam film Indonesia bisa bersaing dengan aktor laga film-film Barat?
(Gunawan Simangunsong, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia, Jakarta)
Semua pasti mungkin. Alhamdulillah perfilman Indonesia saat ini sudah diperhitungkan di perfilman dunia.
Sekarang Iko dan Audy sudah punya anak nih, cewek lagi. Nah apakah nanti anaknya mau diarahkan untuk jadi penyanyi kayak ibunya atau cewek yang suka silat kayak bapaknya?
(Wahyu Dwi Pranata, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan-Jawa Tengah)
Kami tentu mempersiapkan semuanya untuk menuntun anak kami ke jalan yang sebaik mungkin.
Hai Bang Iko, Anda kan orang Betawi, misalnya ada dua tawaran film sekaligus pada saat yang sama, bermain film tentang Pitung dan film tentang Jampang, Anda bakal memilih Film yang mana dan apa alasannya?
(M Arief Wijaya, Jakarta)
Saya memilih untuk ikut berperan dalam film tentang Si Pitung, karena cerita Si Pitung bisa dikolaborasikan dari segi teknik dan sinematografinya secara modern.
Dengan karier Anda yang gemilang dan sukses, apa sih ekspektasi terbesar dalam hidup Anda?
(Sonia Trisnata Widyati, Surabaya-Jawa Timur)
Saya memiliki keinginan untuk lebih mengenalkan silat yang merupakan budaya dan ciri khas Indonesia di salah satu film tentang seni bela diri (martial art) kita.
Iko Uwais itu seperti Jackie Chan-nya Indonesia, sangat fantastik ketika bermain film yang ber-genre action. Apakah Anda ingin atau bercita-cita untuk beradu akting dengan bintang internasional dan menjadi bintang action Indonesia yang mendunia?
(Sulastri, Bandung-Jawa Barat)
Iya pastinya. Saya bercita-cita supaya budaya kita bisa berkolaborasi dengan cabang bela diri yang lain.
Saya kagum melihat Anda bahwa aktor Indonesia juga mempunyai kompetensi untuk dapat bermain dengan dunia film luar negeri. Menurut pendapat Anda, apa kekurangan aktor Indonesia lainnya dalam bermain film di Indonesia agar mendapat kemajuan seperti Anda, setelah Anda mempunyai pengalaman bermain yang disutradarai oleh warga Inggris?
(Ceria Kristi Br Tarigan, Medan-Sumatera Utara)
Menurut saya, teman-teman aktor Indonesia tidak ada kekurangan sama sekali. Hanya saja aktor Indonesia belum berkesempatan menunjukkan kemampuannya secara maksimal. Mungkin jangan merasa cukup puas dulu, karena apa yang kita kerjakan, pasti belum meraih titik sempurna.
Iko Uwais namanya bagus. Boleh ceritakan sedikit tentang nama itu?
(Khadijah Daeng Rannu, Makassar-Sulawesi Selatan)
Iko itu nama panggilan saya saat masih kecil. Nama saya lengkap Uwais Qorny. Saya tiga bersaudara, abang saya yang pertama diberi nama oleh paman saya. Kakak saya yang nomor dua diberi nama oleh kakek saya.
Bapak saya seorang guru mengaji atau ustaz. Dia mau memberi nama untuk "saya" pas saya lahir nanti. Kebetulan waktu itu bapak saya sedang membaca kitab, dan menemukan sejarah sang sahabat Rasulullah SAW yang bernama Uwais Al Qorony.
Lalu bapak saya membuang beberapa kata dari Uwais Al Qorony tersebut, jadilah Uwais Qorny dengan memakai nama panggilan nama kecil saya, "Iko". Nah, Gareth sangat suka dengan nama Iko Uwais. Dia kemudian mengambil nama panggilan saya untuk digabung dengan nama depan saya sehingga menjadi "Iko Uwais".
Bang Iko, pernahkah menggunakan keahlian bela dirinya di kehidupan nyata, misalnya dari tindak kejahatan, copet dan lain-lain? Bisa diceritakan pengalamannya kalau pernah.
(Aris, Pamulang Tangerang Selatan-Banten)
Semua pasti ada, itu bagian dari pengalaman hidup saya.
Ilmu silat merupakan warisan leluhur bangsa Indonesia. Bagaimana Anda bisa mencintai olahraga tersebut?
(Dani Ramdani Hasanudin, Bandung, Jawa Barat)
Menurut saya, silat itu beladiri yang sudah mewakili dari berbagai macam aliran beladiri dan ia fleksibel, tidak monoton. Maka dari itu, menurut saya, siapa lagi yang bisa mengembangkan budaya kita sendiri, selain kita.
Sebagai anak muda masa kini, apa yang memotivasi Anda untuk menekuni ilmu beladiri pencak silat?
(Ignatius Wurwanto, BSD City - Tangerang-Banten)
Beladiri pencak silat ini salah satu warisan keluarga saya, dan juga warisan bangsa. Silat sangat kaya dengan kebudayaan. Hal tersebut menjadi motivasi saya untuk menekuni pencak silat.
Iko Uwais
Nama Lengkap: Uwais Qorny
Lahir: Jakarta, 12 Februari 1983
Tinggi dan berat badan: 169 sentimeter dan 70 kilogram
Hobi: bermain silat, main sepak bola
Pekerjaan:
2008–sekarang: pencari bakat dan koreografer di PT Merantau Films
Pengalaman:
- Tampil di Ekshibisi Martial Art di Azerbaijan (2006)
- Tampil di Ekshibisi Martial Art di Moskwa, Rusia (2006)
- Tampil di Inggris Open Martial Art (2006)
- Memperkenalkan silat di Laos dan Kamboja (2007)
- Tampil di Ekshibisi Martial Art se dunia di Paris, Perancis (2008)
Penghargaan:
- Juara III dalam Kejuaraan Daerah Antar Perguruan Silat se-DKI Jakarta (2003)
- Penampil Terbaik Kategori Dewasa Tunggal pada Festival Pencak Silat di Cibubur, Jakarta Timur (2005)
- Nomine Kategori Pendatang Baru Terbaik dan Terfavorit di Indonesia Movie Awards (2010)
- Nomine peraih Breakout Stars yang dirilis Rotten Tomatoes dalam film "The Raid 1" (2012)
- Nomine peraih Pasangan Laga Terbaik (bersama aktor laga Donny Alamsyah) dalam film "The Raid 1" di Indonesia Movie Awards (2013)
Film:
- Merantau (2009)
- The Raid 1 (2011)
- Man of Tai Chi (2013)
- The Raid 2: Berandal (2014).
0 komentar:
Posting Komentar